MANAJEMEN KEUANGAN
· Perencanaan dan pengendalian finansial
Perencanaan
dan pengendalian keuangan meibatkan proyeksi-proyeksi berdasarkan standar dan
perkembangan dari umpan balik dan proses penyesuaian untuk memperbaiki prestasi
kerja.
Perencanaan
keuangan mencakup penjualan, laba, dan aktiva yang didasarkan pada alternatif
strategi produksi dan pemasaran untuk kemudian bagaimana menentukan kebutuhan
pendanaannya.
Perencanaan
Keuangan adalah proses dari :
Menganalisis
pendanaan dan pilihan investasi yang terbuka bagi perusahaan.
Memproyeksikan
konsekuensi masa yang akan datang akibat keputusan saat ini, guna menghidari
hal-hal yang tidak terduga dan hubungan antara keputusan saat ini dan masa yang
akan datang.
Menentukan
alternatif mana yang akan dipilih
Mengukur
hasil selanjutnya terhadap tujuan dalam rencana keuangan.
· Sistem pengendalian perdagangan ritel
Sistem
pengendalian intern perlu diterapkan pada berbagai jenis usaha bisnis termasuk
pada usaha bisnis ritel (retail). Usaha ritel yang saat ini sedang berkembang
adalah usaha ritel modern dalam bentuk swalayan. Penerapan pengendalian intern
perlu dilakukan pada seluruh kegiatan operasional swalayan, termasuk yang
paling utama yaitu sistem penjualan tunai dan penerimaan kas. Sistem
pengendalian intern bertujuan untuk mengamankan harta perusahaan. Penelitian
ini bertujuan untuk menjelaskan sistem penjualan tunai dan penerimaan kas pada
Swalayan Bentar cabang Mojokerto, dan menjelaskan penerapan pengendalian intern
sistem penjualan tunai dan penerimaan kas pada swalayan yang bersangkutan.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif Penelitian ini dilakukan dengan
melakukan analisis secara mendalam terhadap sistem penjualan tunai dan
penerimaan kas, serta unsur-unsur pengendalian intern, yaitu struktur
organisasi, sistem wewenang dan prosedur pencatatan, dan praktik yang sehat.
Hasil penelitian terhadap sistem penjualan tunai dan penerimaan pada Swalayan
Bentar menyatakan bahwa sistem penjualan tunai dilakukan oleh bagian kasir.
Sedangkan sistem penerimaan kas dilakukan oleh bagian kasir, supervisor kasir, bagian
keuangan, dan manager operasional. Sistem pengendalian intern pada penjualan
tunai adalah penggunaan barcode dalam setiap transaksi pembayaran dari pembeli.
Sistem pengendalian intern pada penerimaan kas memerlukan pemisahan fungsi dari
bagian yang memeriksa penerimaan kas (supervisor kas) dan bagian yang melakukan
pencatatan penerimaan kas dan penyetoran uang ke bank, yaitu bagian keuangan.
Berdasarkan hasil penelitian, disarankan untuk menerapkan sistem
terkomputerisasi secara menyeluruh terhadap aktivitas transaksi di Swalayan
Bentar mengingat Swalayan Bentar semakin berkembang. Perbaikan pembagian tugas
juga perlu dilakukan untuk mengantisipasi penyelewengan. Selain itu perlu
dilakukan penambahan fasilitas credit card agar transaksi pembayaran lebih
efisien.
· Analisis dan pengendalian biaya
Pembangunan
perekonomian Indonesia pada saat ini sedang berkembang seiring dengan
pertumbuhan pembangunan di bidang lainnya. Pembangunan ekonomi tersebut
mempunyai arti pengolhan kekuatan ekonomi potensial menjadi kekuatan ekonomi
riil melalui penanaman modal, pembangunan teknologi serta melalui penambahan
kemampuan berorganisasi dan manajemen. Dengan demikian kerjasama dari seluruh
lapisan masyarakat sangat diharapkan untuk dapat mengolah kekuatan ekonomi
potensial yang tersedia. Dalam pengertian yang lebih luas perusahaan merupakan
organisasi yang terdiri dari bagian yang saling berhubungan dan bekerjasama
untuk beberapa maksud atau sasaran. Perusahaan sebagai adalah satu pelaku
ekonomi yang mempunyai tujuan memperoleh laba yang wajar, perlu memiliki
program dalam melaksanakan kegiatan. Bagi perusahaan yang mengejar keuntungan
dan berusaha mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan tentu akan menghadapi
berbagai masalah yang akan timbul sehubungan dengan kegiatan perusahaan. Salah
satu contoh masalah yang dihadapi adalah bagaimana melaksanakan pengendalian
terhadap biaya-biaya yang terjadi dalam perusahaan. Pengendalian secara
menyuluruh dalam perusahaan karena hanya dengan demikian apa yang mungkin dicapai
oleh perusahaan dapat diketahui. Dalam dunia usaha, yang menjadi ukuran
keberhasilan perusahaan adalah kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba.
Semakin besar laba yang dihasilkan oleh perusahaan, maka dapat diketahui bahwa
perusahaan tersebut berhasil dengan baik dalam menjalankan usaha. Memperbesar
jumlah laba dapat diilaksanakan melalui keputusan dengan berbagai macam cara
seperti menaikkan jumlah omset penjualan, meminimalkan biaya atau menaikkan
harga jual yang wajar. Perusahaan harus melaksanakan suatu pengendalian
terhadap biaya untuk menunjang pelaksanaan kegiatan operasional perusahaan.
Pengendalian
biaya pada umumnya mencakup tiga fungsi manajemen antara lain:
Fungsi
planning melalui penetapan sasaran dan penyusunan rencana.
Fungsi
organizing pada tingkat operasional
Fungsi
controlling melalui evaluasi terhadap tujuan yang telah dicapai.
Setiap
perusahaan yang ingin tetap berjalan harus mampu mempertahankan eksistensinya
dituntut untuk dapat bekerja secara maksimal, efisien dan efektif. Untuk itu
dibutuhkan tingkat kemampuan manajemen untuk mengendalikan perusahaan terutama
dalam meningkatkan kualitas. Apabila mekanisme operasi perusahaan relative
masih sederhana, maka sistem pengendalian dilakukan dengan sistem pengawasan
langsung, tetapi jika perusahaan sudah beroperasi dengan skala besar dan
melibatkan beberapa bagian, maka manajemen tidak lagi mampu mengadakan
pengawsan langsung secara efektif. Dalam hal ini sistem pengendalian perlu
dilengkapi dengan sistem pengendalian wewenang dan sistem pertanggungjawaban
dengan menggunakan laporan tertulis. Anggaran adalah merupakan salah satu alat
perencanaan keuangan perusahaan yang sekaligus dipakai sebagai dasar sistem
pengendalian (pengawasan) keuangan perusahaan. Dengan tersusunnya rencana keuangan
tersebut terhadap pimpinan perusahaan dapat lebih mudah melakukan koordinasi
dalam melakukan koordinasi dalam melaksanakan tugasnya. Dalam proses
pelaksanaan kegiatan perusahaan kita dapat menganalisa apakah anggaran yang
telah disusun dapat terlaksana sesuai rencana yang ditetapkan sebelumnya, atau
terdapat varians dalam melaksanakan varians yang terjadi dapat dilihat pada
akhir bulan atau akhir tahun dengan cara membandingkan antara anggaran dan
realisasinya. Varians yang selalu mutlak terjadi pada setiap anggaran
perusahaan perlu kita nilai apakah varians itu dapat dianggap sebagai suatu
yang wajar, artinya varians itu mutlak dan wajar tidak dapat dihindari atau
varians itu dianggap suatu yang tidap wajar, yang disebabkan oleh kurangnya
pengawsan dan terjadinya pemborosan. Perusahaan tidak terlepas dari perencanaan
anggaran biaya operasional, mulai dari tahap persiapan yang diperlukan sebelum
penyusunan rencana penyusunan anggaran itu sendiri. Implementasi dari rencana
tersebut sampai akhir tahap pengawsan dan evaluasi dari hasil rencana tersebut.
· Analisis dan pengendalian modal saham
Pembangunan
perekonomian di suatu negara memerlukan adanya modal yang besar. Bukan hanya modal sumber daya manusia dan
alam, tetapi juga modal berupa dana
yang tidak sedikit. Pemerintah akan
mencoba untuk menghimpun dana
dari masyarakat, baik masyarakat dalam negeri maupun dari masyarakat luar
negeri. Salah satu cara menghimpun dana
yang dapat dilakukan adalah dengan menggalakkan investasi. Pemerintah akan berusaha
menarik minat masyarakat untuk berinvestasi dengan hasil yang
menguntungkan. Perekonomian suatu negara
seringkali dinilai berdasarkan
aktivitas investasi yang
terjadi. Apabila tingkat investasinya tinggi, maka prospek perekonomian
negara itu akan semakin bagus.
Investasi
yang dianggap paling cepat memberikan keuntungan adalah investasi melalui pasar
modal. Karena itu, pasar modal akan
menjalankan fungsi ekonomi dan keuangan.
Pasar modal menjadi alternatif penghimpun dana dari masyarakat selain
sistem perbankan. Instrumen keuangan di
pasar modal yang paling banyak digunakan untuk menarik dana dari masyarakat
adalah saham biasa (common stock). Pada
umumnya para investor memilih investasi dengan saham biasa, karena harapannya
akan memperoleh return, yang berupa capital gain/capital loss dan
dividend. Capital gain/loss adalah
selisih dari harga jual dan harga beli saham, sedangkan dividend adalah sisa
keuntungan perusahaan yang dibagikan kepada pemegang saham. Setiap investor mempunyai preferensi yang
berbeda-beda untuk return yang diharapkannya.
Ketidakpastian return yang akan diperoleh merupakan risiko yang harus
dihadapi oleh para investor. Karena itu,
investor akan berhati-hati untuk memutuskan investasi apa yang akan dipilihnya.
Pada
saat akan berinvestasi dalam suatu saham, investor akan berusaha menilai
perusahaan untuk memperkirakan return yang
diharapkan dapat diperolehnya. Harga saham suatu perusahaan di pasar
modal seringkali menjadi acuan
untuk menunjukkan nilai
perusahaan tersebut.
Analisis fundamental perusahaan, menjadi
salah satu cara
untuk menilai kinerja
dan prospek perusahaan. Dividen merupakan salah satu faktor
fundamental yang diperkirakan akan dapat mempengaruhi harga saham. Saat ini
masih terjadi perdebatan tentang relevan tidaknya kebijakan
dividen Hasil penelitian
Setyorini (2001), menunjukkan bahwa
kandungan informasi dalam pengumuman dividen dapat berpengaruh terhadap
abnormal retun suatu saham, yang berarti mempengaruhi harga saham. Informasi kenaikan deviden bisa ditafsirkan
sebagai tanda optimis sehubungan dengan keuntungan perusahaan, dan sebaliknya
penurunan dividen dapat ditafsirkan adanya
penurunan keuntungan dimasa
depan (Dewi, 2003). Bagi investor yang mengharapkan return
dari dividen, tentu akan memperhatikan informasi yang berhubungan dengan
pembayaran deviden yang akan dilakukan perusahaan.
Jika
suatu perusahaan memperoleh keuntungan, bukan berarti perusahaan tersebut pasti
membagikan dividen. Darmadji dan Fakhruddin (2001:116) menyatakan bahwa dividen
baru bisa diterima investor jika dua syarat terpenuhi, yaitu perusahaaan
memperoleh keuntungan dan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) yang berwenang telah
memutuskan pembagian dividen atas laba tersebut.
Pembayaran
dividen juga tergantung kepada kebijaksanaan dewan direksi perusahaan (Sundjaya
dan Barlian, 2003:353).
Ada aturan yang
membatasi pembayaran dividen tersebut.
Sebelum pembayaran dividen kepada pemegang saham biasa
dilakukan, semua tuntutan
atau kewajiban kepada
pemerintah, kreditur dan pemegang saham preferen harus dipenuhi terlebih
dahulu. Pihak manajemen perusahaan akan
mempertimbangkan berbagai hal untuk menentukan kebijakan dividennya. Kebijakan
mengenai apakah perusahaan akan melakukan pembayaran dividen
atau tidak, atau
berapa besarnya dividen
yang akan dibayarkan dapat
mempengaruhi penilaian investor tentang kondisi perusahaan. Di lain pihak,
pemegang saham biasa yang merupakan investor adalah pihak luar yang sangat
sedikit memperoleh informasi
tentang kondisi perusahaan.
Jika investor dapat mengetahui hal-hal apa yang menjadi pertimbangan
pihak manajemen perusahaan dalam mengambil keputusan mengenai pembayaran
dividen kasnya, maka investor dapat memprediksi dividen kas yang akan
diperolehnya sebagai pengembalian atas investasi yang dilakukannya.
Banyak
penelitian yang telah membuktikan bahwa pasar modal bereaksi terhadap semua
informasi yang berhubungan dengan perusahaan. Informasi yang dianggap memberikan
kabar baik dapat
menaikkan harga dan
sebaliknya informasi yang dianggap kabar buruk akan menurunkan
harga. Bagi investor yang
menginginkan return dari dividen, tentu akan menganalisa variabel-variabel yang
kemungkinan dapat mempengaruhi keputusan perusahaan dalam melakukan pembayaran
dividen. Penelitian mengenai hal ini
juga telah banyak dilakukan untuk membantu investor dan manajemen untuk
memutuskan kebijakan dividen yang terbaik bagi pihak-pihak yang terkait. Baker dan Powell (2000) melakukan survei terhadap
perusahaaan-perusahaan yang terdaftar
di NYSE tahun
1997, untuk mengetahui pandangan manajer perusahaan mengenai
faktor-faktor apa saja yang menentukan kebijakan dividen. Penelitian mereka memperoleh hasil bahwa
faktor yang paling mempengaruhi kebijakan dividen adalah tingkat laba dan
kontinyuitas dividen masa lalu. Sebuah
survei juga pernah dilakukan di Bursa Efek Jakarta yang tujuannya untuk menilai
pandangan para pemimpin eksekutif terhadap kebijakan dividen
dan kebijakan struktur modal. Hasil
survei menunjukkan bahwa bagi para eksekutif, variabel yang berpengaruh
terhadap kebijakan dividen adalah variabel laba dan kesempatan investasi. Selain itu, cash ratio, cashflow, dan harga
saham juga menjadi variabel yang mempengaruhi dividen (Pefindo :1997 dalam
Anshori :2001).
Sutrisno
(2001) telah meneliti mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi dividend payout
ratio pada perusahaan publik.
Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa tidak semua faktor
yang diteliti mempunyai pengaruh yang signifikan. Dari 6 variabel yang diteliti, hanya
variabel posisi kas dan rasio hutang yang berpengaruh signifikan, sedangkan
variabel potensi pertumbuhan, ukuran perusahaan, kepemilikan dan profitabilitas
tidak cukup signifikan. Penelitian lain dilakukan oleh Erawati dan Sisdyani (2005), yang meneliti 5
variabel, dan hasilnya menyatakan bahwa dividen kas tahun sebelumnya dan laba
yang diperoleh perusahaan berpengaruh secara signifikan terhadap pembayaran
dividen kas, tetapi hutang dan likuiditas justru berpengaruh tidak
signifikan. Hal ini sesuai dengan
penelitian yang dilakukan Dewi (2003) yang juga menyatakan bahwa laba dan
dividen tahun lalu berpengaruh signifikan.
Banyak
penelitian tentang kebijakan dividen yang telah dilakukan, tetapi hasil
penelitian-penelitian tersebut tidak ada yang konsisten. Dari permasalahan inilah,
peneliti merasa tertarik untuk menguji ulang mengenai faktor-faktor yang
mempengaruhi pembayaran dividen kas.
Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian yang telah dilakukan
oleh Kania dan Bacon (2005), yang melakukan penelitian untuk menguji faktor-faktor
yang memotivasi kebijakan dividen perusahaan.
Persamaan penelitian
ini dengan penelitian
Kania dan Bacon
(2005) adalah variabel dependent yang digunakan, yaitu menggunakan
Dividend Payout Ratio (DPR), tetapi sampel perusahaan dan variabel independent
yang digunakan berbeda. Kania dan Bacon
(2005) mengamati beberapa variabel, yaitu Return On Equity (ROE), pertumbuhan
penjualan, likuiditas (current ratio), rasio hutang (Debt to Total Asse)t,
Insider Ownership, Beta, Institusional Ownership, penggunaan modal, dan
pertumbuhan earning per share, sedangkan penelitian ini hanya fokus pada
variabel keuangan yang bersifat intern yaitu ROE, variabel pertumbuhan earning
pershare, likuiditas dan rasio hutang. Ukuran likuiditas diukur dengan cash ratio
karena ukurannya lebih tajam dibandingkan current ratio, sedangkan rasio hutang
diukur dengan Debt to Equity Ratio. Penelitian ini menambahkan variabel
dividen periode
sebelumnya karena diperkirakan mempunyai pengaruh terhadap kebijakan pembayaran dividen saat
ini, berdasarkan adanya beberapa penelitian mengenai hal itu. Selain itu, sampel yang digunakan dalam
penelitian ini adalah perusahaan yang listing di Bursa Efek Jakarta tahun 2004,
sedangkan sampel yang digunakan oleh Kania dan Bacon (2005) adalah
seluruh perusahaan yang
terdaftar dan datanya
terdapat dalam website
www.MultexInvestor.com, sebuah website pemandu pasar modal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar